Langsung ke konten utama

Menyampaikan Pesan

Menjadi seorang freelancer itu harus pandai-pandai memanfaatkan peluang.

Kadang Saya menjadi tukang kurir, pengajar privat atau bahkan tukang bersih-bersih di suatu kosan.

Pagi kadang nganggur, siang dapat tawaran job, sorenya ada jadwal ngajar privat dan malam harinya biasanya kembali santai menjadi manusia merdeka.

Kadang Saya main hajar aja. Saya pikir, selagi masih muda sebisa mungkin mengisi hidup dengan hal-hal yang produktif.

Selama pekerjaan itu halal bagi Allah, Saya hajar aja. Saya eksekusi aja.

Kemarin, ceritanya Saya sempat dibuat sibuk. Pagi hari ada pekerjaan bersih-bersih kosan. Sore hari ada jadwal mengajar privat di Bandung. Selepas magrib ada tawaran job mengantar berkas ke Cimahi. Dan malam itu juga harus dikirim berkasnya ke Jakarta.

Kalau di posisi seperti itu Saya sempat berpikir santai. Tidak cepat ambil keputusan. Mungkin peluang-peluang yang lain akan hilang.

Kalau waktu itu, Saya punya pikiran menunda di esok harinya. Mungkin ceritanya tidak sebegitu excited untuk jadi cerita dan pengalaman.

Semua peluang itu saya ambil, Saya selesaikan segera. Satu persatu kerjaan selesai dengan baik dan memuaskan. Pada pukul 23.30 Wib Saya masih di tempat jasa pengiriman. Hingga Selarut itu mengejar dunia. Sesibuk itu saya menyelesaikan tugas dunia.

Akhirnya, Saya merenung sejenak setiba di kosan. Untuk urusan dunia saja Saya begitu bersegera dan terburu-buru seakan dikejar waktu. Bagaimana kalau soal urusan akhirat!?

Bukankah kita semua adalah bagian dari kurir kebaikan untuk segenap manusia di muka bumi ini?

Bukankah setiap kita adalah penyampai kebaikan yang siap mengantar pesan-pesan ilahi dimanapun dan kapanpun medan juangnya?

Bisakah kita bersikap adil sejak dalam pikiran. lalu segera mengambil peluang dan eksekusi niat menjadi amal kebajikan sebagai bentuk pengabdian kepada Allah?

Selagi masih hidup, masih mampu dan masih diberi banyak kesempatan, hayu kita memulai menjadi kurir kehidupan yang punya misi menyampaikan pesan kebaikan untuk sesama.
Tabik! 🙏

Aan Ridwan

#30haribercerita
#salam
#literasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1 Dekade IKAMATRA berdiri, Masih Ingatkah Dirimu?

Kemarin, ada notif yang menarik dan berbeda dari grup WhatsApp Alumni IKAMATRA (Ikatan Keluarga Mahasiswa Sumatera) begini isinya: "Kadang Ikamatra hanya organisasi daerah semata. Kadang dianggap tak bermakna. Bahkan yang parah, kadang dianggap sebagai beban dan tak berguna. Tapi bagiku, Ikamatra itu keluarga. Dengan segenap keberagaman orang-orangnya. Ikamatra itu sangat bermakna dengan segala kejadian-kejadian yang ada. Semoga kedepannya Ikamatra tetap ada. Karena kita butuh Ikamatra. Semoga 10 tahun ini menjadikan Ikamatra lebih baik dan baik lagi. Selamat milad keluargaku. (22 November 2008-22 November 2018)" Menurut pandangan Saya, sebagai salah satu alumni dan bagian dari keluarga di dalamnya, kata-kata itu sederhana tapi mampu menusuk dan mengingatkan Saya khususnya, untuk turut merenungkan dan memikirkan. Saya akan coba bedah kata demi kata. Kalimat demi kalimat. Hingga apasih maksud dan tujuan dari tulisan itu. Kadang IKAMATRA Hanya Org...

About Me

Aan Ridwan , lahir di Lampung, 15 Januari 1993. Menyelesaikan pendidikan Dasar di MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) Tegal Mukti, Way Kanan tahun 2005. Menamatkan pendidikan menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Tegal Mukti, Way Kanan pada tahun 2008. Lalu menamatkan pendidikan menengah atas di Madrasah yang sama,pada tahun 2011. Kemudian sekarang sedang menempuh program studi S1 di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bandung yakni di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dengan mengambil jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Aktif sebagai mahasiswa dan di Organisasi Daerah Mahasiswa (OMDA) asal Sumatera, yaitu Ikatan Mahasiswa Sumatera (IKAMATRA) KBM UIN SGD Bandung. Selain menjadi mahasiswa Ia juga belajar sambil berwirausaha. Sedang menggeluti bisnis online yakni memiliki onlinestore @ans_jersey dan bekerja sebagai drafter dan surveyor di CV.Tatabumi Indonesia (tatabumi.com) Kontak dan informasi lebih lanjut dapat melalui: Phone...

Selamat Merefleksikan Hari Pendidikan Nasional

Setiap tanggal 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. HARI ini NARASI tentang Hardiknas hampir seragam di lini masa "Dijadikan momentum untuk bersama menguatkan pendidikan dan memajukan kebudayaan Indonesia" Kemudian saya ingin bertanya "Menguatkan pendidikan dari segi apa? Dari segi nalar berpikir kah? Aspek moral kah atau pola laku kah yg mencerminkan kaum terdidik? Barangkali hanya jadi wacana "Setiap orang menjadi guru dan setiap rumah menjadi sekolah" Kalau setiap hari kita kerjanya terus 'berkelahi', saling tuduh dan saling hina sesama, hanya karena beda pandangan. Hakikat pendidikan tentang memanusiakan manusia menjadi kata-kata usang bagi kaum millenial dalam hidup bermedia sosial. Kalau kerjanya hanya saling hujat dan menyuburkan ujaran kebencian. Mungkin, hidup guyub menjadi sesuatu yang mahal hari ini di tengah kondisi negeri yang kian memanas. Satu harapan besar saya di hari yang bersejarah ini: "Si...