Menjadi seorang freelancer itu harus pandai-pandai memanfaatkan peluang.
Kadang Saya menjadi tukang kurir, pengajar privat atau bahkan tukang bersih-bersih di suatu kosan.
Pagi kadang nganggur, siang dapat tawaran job, sorenya ada jadwal ngajar privat dan malam harinya biasanya kembali santai menjadi manusia merdeka.
Kadang Saya main hajar aja. Saya pikir, selagi masih muda sebisa mungkin mengisi hidup dengan hal-hal yang produktif.
Selama pekerjaan itu halal bagi Allah, Saya hajar aja. Saya eksekusi aja.
Kemarin, ceritanya Saya sempat dibuat sibuk. Pagi hari ada pekerjaan bersih-bersih kosan. Sore hari ada jadwal mengajar privat di Bandung. Selepas magrib ada tawaran job mengantar berkas ke Cimahi. Dan malam itu juga harus dikirim berkasnya ke Jakarta.
Kalau di posisi seperti itu Saya sempat berpikir santai. Tidak cepat ambil keputusan. Mungkin peluang-peluang yang lain akan hilang.
Kalau waktu itu, Saya punya pikiran menunda di esok harinya. Mungkin ceritanya tidak sebegitu excited untuk jadi cerita dan pengalaman.
Semua peluang itu saya ambil, Saya selesaikan segera. Satu persatu kerjaan selesai dengan baik dan memuaskan. Pada pukul 23.30 Wib Saya masih di tempat jasa pengiriman. Hingga Selarut itu mengejar dunia. Sesibuk itu saya menyelesaikan tugas dunia.
Akhirnya, Saya merenung sejenak setiba di kosan. Untuk urusan dunia saja Saya begitu bersegera dan terburu-buru seakan dikejar waktu. Bagaimana kalau soal urusan akhirat!?
Bukankah kita semua adalah bagian dari kurir kebaikan untuk segenap manusia di muka bumi ini?
Bukankah setiap kita adalah penyampai kebaikan yang siap mengantar pesan-pesan ilahi dimanapun dan kapanpun medan juangnya?
Bisakah kita bersikap adil sejak dalam pikiran. lalu segera mengambil peluang dan eksekusi niat menjadi amal kebajikan sebagai bentuk pengabdian kepada Allah?
Selagi masih hidup, masih mampu dan masih diberi banyak kesempatan, hayu kita memulai menjadi kurir kehidupan yang punya misi menyampaikan pesan kebaikan untuk sesama.
Tabik! 🙏
Aan Ridwan
#30haribercerita
#salam
#literasi
Kadang Saya menjadi tukang kurir, pengajar privat atau bahkan tukang bersih-bersih di suatu kosan.
Pagi kadang nganggur, siang dapat tawaran job, sorenya ada jadwal ngajar privat dan malam harinya biasanya kembali santai menjadi manusia merdeka.
Kadang Saya main hajar aja. Saya pikir, selagi masih muda sebisa mungkin mengisi hidup dengan hal-hal yang produktif.
Selama pekerjaan itu halal bagi Allah, Saya hajar aja. Saya eksekusi aja.
Kemarin, ceritanya Saya sempat dibuat sibuk. Pagi hari ada pekerjaan bersih-bersih kosan. Sore hari ada jadwal mengajar privat di Bandung. Selepas magrib ada tawaran job mengantar berkas ke Cimahi. Dan malam itu juga harus dikirim berkasnya ke Jakarta.
Kalau di posisi seperti itu Saya sempat berpikir santai. Tidak cepat ambil keputusan. Mungkin peluang-peluang yang lain akan hilang.
Kalau waktu itu, Saya punya pikiran menunda di esok harinya. Mungkin ceritanya tidak sebegitu excited untuk jadi cerita dan pengalaman.
Semua peluang itu saya ambil, Saya selesaikan segera. Satu persatu kerjaan selesai dengan baik dan memuaskan. Pada pukul 23.30 Wib Saya masih di tempat jasa pengiriman. Hingga Selarut itu mengejar dunia. Sesibuk itu saya menyelesaikan tugas dunia.
Akhirnya, Saya merenung sejenak setiba di kosan. Untuk urusan dunia saja Saya begitu bersegera dan terburu-buru seakan dikejar waktu. Bagaimana kalau soal urusan akhirat!?
Bukankah kita semua adalah bagian dari kurir kebaikan untuk segenap manusia di muka bumi ini?
Bukankah setiap kita adalah penyampai kebaikan yang siap mengantar pesan-pesan ilahi dimanapun dan kapanpun medan juangnya?
Bisakah kita bersikap adil sejak dalam pikiran. lalu segera mengambil peluang dan eksekusi niat menjadi amal kebajikan sebagai bentuk pengabdian kepada Allah?
Selagi masih hidup, masih mampu dan masih diberi banyak kesempatan, hayu kita memulai menjadi kurir kehidupan yang punya misi menyampaikan pesan kebaikan untuk sesama.
Tabik! 🙏
Aan Ridwan
#30haribercerita
#salam
#literasi
Komentar
Posting Komentar