Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Ada yang Tak Pernah Padam

Yang menjadi mahasiswa, akan ada usainya. Mungkin setelah lulus, kampus yang ia banggakan hanya tinggal almamater dan namanya saja. Yang menjadi anak muda, akan tiba di masa tua. Fisiknya kian melemah, pikirannya semakin rumit dan gerak langkahnya menjadi sempit. Yang menjadi aktivis di organisasi, akan ada habisnya. Menjadi pasif lalu berada pada titik vakum of power dalam individu atau komunalnya. Namun dari semua identitas dan entitas tadi, ada yang tak pernah hilang dan padam dalam ruang dan waktu. Tetap melekat identitas itu sepanjang hayat sampai kelak di akhirat. Yakni identitas kita sebagai hamba Allah. Yang diberi tugas hanya untuk mengabdi kepada-Nya. Yang dilantik berperan sebagai pemimpin yang 'Down to earth' demi memakmurkan bumi melalui ayat-ayat-Nya. Dan dititipi amanah untuk 'merawat' dan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam diri, keluarga dan lingkup yang jauh lebih besar dalam hidup berbangsa dan bernegara. Setiap menginjakkan kaki di

Meresapi Syair Imam Syafi'i

Pernah nggak sih kalian kesel banget sama orang lain? Saat hidup lagi jengkel, nggak suka bahkan sampe benci sama seseorang itu rasanya tak ada satu kebaikan yang terlihat darinya. Nggak ada benernya sama sekali. Iya kan? Coba kita ingat syair Imam Syafi'i: وَعَينُ الرِضا عَن كُلِّ عَيبٍ كَليلَةٌ وَلَكِنَّ عَينَ السُخطِ تُبدي المَساوِيا Mata yang simpati menutupi segala cela Mata yang benci melihat semua nista. Hal-hal kecil di dunia saja kalau sudah jengkel, seperti nggak ada benarnya. Seperti diri sendiri yang paling bener. Apalagi kehidupan yg lebih besar dalam berbangsa dan bernegara? Misalkan hari ini kalau sudah suka dengan Jokowi atau Prabowo, tak terlihat cela mereka. Kalau sudah benci tak selamat keduanya dari lisan yg menista. Bagi Saya, kalau suka sesuatu itu jangan terlalu subyektif. Lebih bijak dan utamakan menilai secara objektif. Semoga isi kepala dan mata hati kita kian terbuka. Berpikir adil sejak dalam pikiran. Bersikap bijak dalam menila

Di Balik Kedai Kopi

Setiap penulis akan menemukan pembacanya, setiap kopi akan menemukan penikmatnya dan setiap kedai kopi akan menemukan pengunjungnya. Barangkali Saya adalah salah satu pengunjung yang beruntung pada waktu itu. Setelah 30 menit menunggu, sembari membaca buku Pejalan Anarki @djeladjah. Salah seorang perempuan yang saya tunggu akhirnya datang dan menyapa. "Kang, mau kopi apa? sok pesen aja" tawaran Ibu Dwi sang pemilik kedai @sundalandcoffee "Kopi apa aja Bu, yang penting manis. Karena hidup sudah terlalu pahit dijalani" jawabku naif sedikit memecah suasana. 😅 Kalau ada orang yang paling bersyukur pada waktu itu, diantaranya adalah diri Saya. Karena meskipun menjadi orang kecil namun sering dipertemukan oleh Allah dengan orang-orang besar tapi tetap bersikap sederhana. Awalnya Saya hanya bertugas mengantar berkas SPK yang harus ditandatangani direktur. Lalu biasanya segera pulang untuk diantarkan kepada para pihak yang diajak kerja sama. Namun, malam i

Merawat Ingatan

Betapa bahagianya kita, ketika mengingat masa-masa kecil. Betapa menggemaskan kita, ketika membayangkan wajah kita waktu kecil dulu. Betapa cerianya kita, ketika waktu kecil yg dipikirkan hanyalah bermain. Lepas tanpa beban. Betapa harunya kita, ketika kita sadar orang-orang tersayang yg dahulu turut merawat dan mengasuh kita kini sudah mendahului kita. Di foto ini, Saya ingin cerita sedikit tentang segala hal yang membuat bibir Saya tersenyum, mata berkaca-kaca dan hati bersyukur kpd Allah. Yang paling kiri pakai kaos berkerah orange, dia adalah cucu kesayangan. Biasa dipanggil Oye (Bahasa Jawa: Tole). Sebenarnya nama lengkapnya @imamnasrudin_ Tapi karena waktu kecil dia cadel. Makanya dipanggil Oye. Si Oye ini waktu kecil terlihat lucu menggemaskan. Badannya gemuk berisi. Pipinya tembem karena rajin minum susu dan makan yang bergizi. Rambutnya hitam karena kalau mandi sering pakai shampo yang sachetan. Nah, kalau yang paling kanan, pakai kaos garis2 biru itu juga u