Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Menyeduh Kopi Bahagia

Setiap orang akan menyeduh kesedihan dan kebahagiannya di secangkir teh atau kopi dan meminum air matanya sendiri -Joko Pinurbo Barangkali malam ini Saya belajar tentang bagaimana menyeduh kebahagiaan. Nyatanya cukup sederhana. Kami coba menyeduh kebahagiaan lewat kopi dan obrolan receh yang berujung gelak tawa. Rencana awal mah ingin diskusi bareng temen-temen perihal bagaimana menyelesaikan tugas jurnal pendidikan dan tesis. Tapi yang dibahas malah melebar masalah bagaimana menyikapi body shaming waktu kecil atau bahkan mentertawakan teman karena ketidaklucuannya. Asyeli garing tapi sukak. 😂 Ya begitulah hidup. Terkadang ekspektasi tidak sejalan dengan realita. Jangan terlalu kecewa dan jangan mengulangi kesalahan yang sama. Karena kesalahan lain masih ada. Begitu ujar #Nurhadialdo2019 😅 Semoga kita bisa 'Ngopi' bareng lagi di lain kesempatan. Kita coba lagi produksi gagasan menjadi perubahan. Tabik! 🙏 Cipadung, 29 Januari 2019 AAN RIDWAN #sajak #ko

Jalan Pulang

Pada suatu sore, Saya berdiri di pinggir jalan yang berlatarkan senja. Bagi Saya, setiap senja selalu menghadirkan makna. Tak jarang menemukan makna tentang kepergian yang begitu dramatis, hingga hati seakan teriris. Terkadang pula menemukan makna tentang rindu, hati menjadi sendu karena tak kunjung bertemu. Atau bahkan menemukan makna tentang bahagia, mensyukuri karya langit terindah oleh Sang Pencipta. Semua makna tergantung bagaimana sudut pandangnya. Ada yang memandang senja itu metafora, karena segala hal yang indah di dunia ini adalah fana. Ada yang memandang senja itu warna. Terkadang merah merekah seakan bahagia. Ada yang memandang senja itu kisah. Perjalanan rasa seseorang yang dadanya tabah karena ditinggal menikah. 😅 Tapi bagiku, senja itu jalan pulang. Mengingatkan kita bahwa hidup yang kita tempuh. Sejauh apapun kaki melangkah, sejatinya akan ada habisnya dan ada ujungnya. Yakni jalan pulang kembali kepada-Nya. 🙏 AAN RIDWAN #30haribercerita

Menyampaikan Pesan

Menjadi seorang freelancer itu harus pandai-pandai memanfaatkan peluang. Kadang Saya menjadi tukang kurir, pengajar privat atau bahkan tukang bersih-bersih di suatu kosan. Pagi kadang nganggur, siang dapat tawaran job, sorenya ada jadwal ngajar privat dan malam harinya biasanya kembali santai menjadi manusia merdeka. Kadang Saya main hajar aja. Saya pikir, selagi masih muda sebisa mungkin mengisi hidup dengan hal-hal yang produktif. Selama pekerjaan itu halal bagi Allah, Saya hajar aja. Saya eksekusi aja. Kemarin, ceritanya Saya sempat dibuat sibuk. Pagi hari ada pekerjaan bersih-bersih kosan. Sore hari ada jadwal mengajar privat di Bandung. Selepas magrib ada tawaran job mengantar berkas ke Cimahi. Dan malam itu juga harus dikirim berkasnya ke Jakarta. Kalau di posisi seperti itu Saya sempat berpikir santai. Tidak cepat ambil keputusan. Mungkin peluang-peluang yang lain akan hilang. Kalau waktu itu, Saya punya pikiran menunda di esok harinya. Mungkin ceritanya tidak s

TENTANG LARI PAGI

"Kamu mah ga lari, tapi update" komentar salah satu teman saat melihat update story whatsApp Saya pagi ini. "Biarin weh" jawabku dengan  simpel  Mungkin maksudnya dia hanya bercanda. Tapi kalau dipikir-pikir. Ada benernya juga, sih. Itu sah-sah saja. Sebagai netizen memang bebas nyinyir. :) Setiap komentar, mungkin punya alasan. Entah alasan hanya bercanda. Atau memang punya tujuan tertentu. Saya mah, suka dua-duanya. Artinya sejauh ini hidup Saya tidak sendirian dan masih dipedulikan. :') Terkadang kita bisa belajar dari hal-hal sederahana. Misal seperti cerita lari tadi. Awalnya mungkin bercanda. Tapi kalau mau dipikir kembali. Sebenarnya itu mengingatkan siapa saja yang kebiasaan jarang lari, sekalinya lari malah sibuk update di media sosial.  Oke, ga ada yang salah koq. Semua punya madzhab masing-masing dalam bermedia sosial. Mungkin ada yang madzhabnya "media sosial al-pameri" Semua aktivitas kehidupan di dunia n