Mungkin diantara kita banyak yang kecewa dengan kenyataan hari ini yang semakin hari kian pahit dan mengkhawatirkan. Meminjam kata-kata Bang Ryan Adriandhy : "Buat yang sudah berminggu-minggu di dalam rumah, Jangan tertekan dengan “Kita harus tetap produktif!” - Ya, itu baik. Tapi kita manusia. Ada hari di mana energi kita habis, emosi berat, cuma bisa bingung bengong ngejogrok bahkan nangis. Gapapa. Itu valid. Dirasa dan diakui aja. Asal Jangan dihantui rasa takut dan kepanikan yang berlebihan. Ada kalanya Kita rehat sejenak untuk merestorasi energi. Barangkali rumah adalah tempat paling hening untuk kembali menuliskan harapan. Menentukan tujuan. Yuk saling mendoakan. Saling menguatkan. Saling membantu. . Terima kasih untuk berjuang bersama-sama dalam melawan corona! Lekas pulih bumiku, semoga si naintin segera berlalu. Tabik! 🙏 Aan Ridwan
Setiap tanggal 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. HARI ini NARASI tentang Hardiknas hampir seragam di lini masa "Dijadikan momentum untuk bersama menguatkan pendidikan dan memajukan kebudayaan Indonesia" Kemudian saya ingin bertanya "Menguatkan pendidikan dari segi apa? Dari segi nalar berpikir kah? Aspek moral kah atau pola laku kah yg mencerminkan kaum terdidik? Barangkali hanya jadi wacana "Setiap orang menjadi guru dan setiap rumah menjadi sekolah" Kalau setiap hari kita kerjanya terus 'berkelahi', saling tuduh dan saling hina sesama, hanya karena beda pandangan. Hakikat pendidikan tentang memanusiakan manusia menjadi kata-kata usang bagi kaum millenial dalam hidup bermedia sosial. Kalau kerjanya hanya saling hujat dan menyuburkan ujaran kebencian. Mungkin, hidup guyub menjadi sesuatu yang mahal hari ini di tengah kondisi negeri yang kian memanas. Satu harapan besar saya di hari yang bersejarah ini: "Si