Langsung ke konten utama

Ketika Hati Ingin Bersuara




Ketika hati ingin bersuara, namun pikiran terbelenggu oleh kepenting pribadi, paling jauh untuk keluarga. Anak-anak yang lucu, pasangan hidup yang nyaman, ayah dan ibu yang serba mencukupkan.

Ketika hati ingin bersuara, namun hawa nafsu sering menang menari-nari di atas dosa durjana yang kita sembunyikan.

Ketika hati ingin bersura, tapi isi kepala lebih berontak. Mampus! Hatimu kalah lagi. Jatuh tersungkur. Babak belur. Dan terseok-seok mencari kebenaran.

Nyatanya, hidup memang sepicik ini. Kita merasa MEMILIKI SEMUA. Potensi badan,  jiwa, dan pikiran seakan ada dengan sendirinya lalu tinggal pake saja.

Semua fasilitas hidup hari ini yang kita NIKMATI. Seakan-akan hanya jerih payah tangan kita yang mengusahakannya. Ingin hidup senaknya. Bebas tanpa batas.

Hingga barulah kita tersadar saat ditimpa beban yang begitu berat. Ujian menghantam kita bertubi-tubi. Apa-apa yang kita CINTAI diambil oleh-Nya.

Kemudian dengan piciknya, manusia berkata "Tuhan tidak adil! Dunia ini kejam!

Sebelum semua terlambat, masihkah hati kita ingin 'bersuara'? Pikiran kita mau 'bicara'?

Bahwa Allah, Rabb semesta alam dan seluruh isinya masih mengatur dan mencipta kita hingga detik ini.

Sadarkah kita, manusia yang terkadang picik dan sering lupa!? :(

AAN RIDWAN
Bandung, 19 November 2018.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1 Dekade IKAMATRA berdiri, Masih Ingatkah Dirimu?

Kemarin, ada notif yang menarik dan berbeda dari grup WhatsApp Alumni IKAMATRA (Ikatan Keluarga Mahasiswa Sumatera) begini isinya: "Kadang Ikamatra hanya organisasi daerah semata. Kadang dianggap tak bermakna. Bahkan yang parah, kadang dianggap sebagai beban dan tak berguna. Tapi bagiku, Ikamatra itu keluarga. Dengan segenap keberagaman orang-orangnya. Ikamatra itu sangat bermakna dengan segala kejadian-kejadian yang ada. Semoga kedepannya Ikamatra tetap ada. Karena kita butuh Ikamatra. Semoga 10 tahun ini menjadikan Ikamatra lebih baik dan baik lagi. Selamat milad keluargaku. (22 November 2008-22 November 2018)" Menurut pandangan Saya, sebagai salah satu alumni dan bagian dari keluarga di dalamnya, kata-kata itu sederhana tapi mampu menusuk dan mengingatkan Saya khususnya, untuk turut merenungkan dan memikirkan. Saya akan coba bedah kata demi kata. Kalimat demi kalimat. Hingga apasih maksud dan tujuan dari tulisan itu. Kadang IKAMATRA Hanya Org...

About Me

Aan Ridwan , lahir di Lampung, 15 Januari 1993. Menyelesaikan pendidikan Dasar di MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) Tegal Mukti, Way Kanan tahun 2005. Menamatkan pendidikan menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Tegal Mukti, Way Kanan pada tahun 2008. Lalu menamatkan pendidikan menengah atas di Madrasah yang sama,pada tahun 2011. Kemudian sekarang sedang menempuh program studi S1 di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bandung yakni di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dengan mengambil jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Aktif sebagai mahasiswa dan di Organisasi Daerah Mahasiswa (OMDA) asal Sumatera, yaitu Ikatan Mahasiswa Sumatera (IKAMATRA) KBM UIN SGD Bandung. Selain menjadi mahasiswa Ia juga belajar sambil berwirausaha. Sedang menggeluti bisnis online yakni memiliki onlinestore @ans_jersey dan bekerja sebagai drafter dan surveyor di CV.Tatabumi Indonesia (tatabumi.com) Kontak dan informasi lebih lanjut dapat melalui: Phone...

Selamat Merefleksikan Hari Pendidikan Nasional

Setiap tanggal 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. HARI ini NARASI tentang Hardiknas hampir seragam di lini masa "Dijadikan momentum untuk bersama menguatkan pendidikan dan memajukan kebudayaan Indonesia" Kemudian saya ingin bertanya "Menguatkan pendidikan dari segi apa? Dari segi nalar berpikir kah? Aspek moral kah atau pola laku kah yg mencerminkan kaum terdidik? Barangkali hanya jadi wacana "Setiap orang menjadi guru dan setiap rumah menjadi sekolah" Kalau setiap hari kita kerjanya terus 'berkelahi', saling tuduh dan saling hina sesama, hanya karena beda pandangan. Hakikat pendidikan tentang memanusiakan manusia menjadi kata-kata usang bagi kaum millenial dalam hidup bermedia sosial. Kalau kerjanya hanya saling hujat dan menyuburkan ujaran kebencian. Mungkin, hidup guyub menjadi sesuatu yang mahal hari ini di tengah kondisi negeri yang kian memanas. Satu harapan besar saya di hari yang bersejarah ini: "Si...