Ketika hati ingin bersuara, namun pikiran terbelenggu oleh kepenting pribadi, paling jauh untuk keluarga. Anak-anak yang lucu, pasangan hidup yang nyaman, ayah dan ibu yang serba mencukupkan.
Ketika hati ingin bersuara, namun hawa nafsu sering menang menari-nari di atas dosa durjana yang kita sembunyikan.
Ketika hati ingin bersura, tapi isi kepala lebih berontak. Mampus! Hatimu kalah lagi. Jatuh tersungkur. Babak belur. Dan terseok-seok mencari kebenaran.
Nyatanya, hidup memang sepicik ini. Kita merasa MEMILIKI SEMUA. Potensi badan, jiwa, dan pikiran seakan ada dengan sendirinya lalu tinggal pake saja.
Semua fasilitas hidup hari ini yang kita NIKMATI. Seakan-akan hanya jerih payah tangan kita yang mengusahakannya. Ingin hidup senaknya. Bebas tanpa batas.
Hingga barulah kita tersadar saat ditimpa beban yang begitu berat. Ujian menghantam kita bertubi-tubi. Apa-apa yang kita CINTAI diambil oleh-Nya.
Kemudian dengan piciknya, manusia berkata "Tuhan tidak adil! Dunia ini kejam!
Sebelum semua terlambat, masihkah hati kita ingin 'bersuara'? Pikiran kita mau 'bicara'?
Bahwa Allah, Rabb semesta alam dan seluruh isinya masih mengatur dan mencipta kita hingga detik ini.
Sadarkah kita, manusia yang terkadang picik dan sering lupa!? :(
AAN RIDWAN
Bandung, 19 November 2018.
Komentar
Posting Komentar