Langsung ke konten utama

Teruntuk Bapak di Rumah, Bapak Seorang Petani Sawah.


Pak, Apa kabar hari ini? Saya disini selalu berdo'a, semoga Bapak senantiasa diberi kesehatan lahir dan bathin. Juga diberikan kekuatan kepalan tangan dan tumpuan kaki dalam hidup berjuang sebagai petani padi.

Bapak mungkin hari ini belum tahu,  setiap tanggal 24 September ditetapkan sebagai Hari Tani Nasional. Karena mungkin Bapak terlalu pusing mengurus sawah yang perairannya hanya mengandalkan tadah hujan. Sedangkan sekarang sedang terjadi musim kemarau yang cukup panjang. Bukan hanya musim yang kemarau, tapi hati nurani mereka para pemangku kekuasaan.

Atau mungkin Bapak sibuk mencari modal untuk biaya bertani yang semakin mahal. Karena hal ini tidak berbanding lurus dengan penjualan hasil panen yang selalu dibeli dengan harga murah oleh tengkulak-tengkulak yang bermental menindas dan kapital itu.

Atau bahkan bapak semakin bingung dengan pemerintah yang tidak berpihak kepada petani kecil. Terbukti dengan polemik impor beras berjuta ton pada tahun 2018 ini.

Sebagai anak petani, hari ini menjadi momentum untuk mengingat, memikirkan dan merefleksikan betapa susah payahnya perjuangan sebagai seorang petani.

Saya ingat betul, ketika belum merantau di Bandung. Dulu sewaktu tinggal di Lampung,  Saya turut membantu bapak untuk mengurus pekerjaan sawah. Selain hambatan hama padi,  ada hal-hal yang tidak mengenakkan yang dirasakan oleh petani kecil seperti kami. Yaitu ketika petani belum masa panen, harga gabah dan beras semakin mahal. Tetapi, ketika waktunya masa panen, justru harga gabah dan beras sangatlah murah. Jadi, kami hanya bisa menjerit merasakaan ketidakadilan di negeri ini.

Sebenarnya, tidak muluk-muluk harapan kami sebagai petani kecil ini. Cukup dihargai jerih payah seorang petani dengan dibeli hasil tani dengan harga yang memadai.

Jika terlalu tinggi memikirkan polemik pemerintah di atas. Cukup berikan kami kepercayaan dan dukungan moral bahwa pemerintah hari ini berpihak pada rakyat kecil. Dengan membuktikan program reforma agraria  hingga terasa pada rakyat kecil di bawah. Bukan hanya sekedar wacana besar di tengah-tengah wajah suram permasalahan Indonesia hari ini.

Akhirnya, Saya setuju dengan cuitan Bung Fiersa Besari terkait Hari Tani "Tidak perlu ucapan selamat. Masih banyak petani yang kebutuhan sehari-harinya belum terselamatkan. Semoga para pejuang pangan tak lagi kelaparan.

AAN RIDWAN
Anak Petani Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1 Dekade IKAMATRA berdiri, Masih Ingatkah Dirimu?

Kemarin, ada notif yang menarik dan berbeda dari grup WhatsApp Alumni IKAMATRA (Ikatan Keluarga Mahasiswa Sumatera) begini isinya: "Kadang Ikamatra hanya organisasi daerah semata. Kadang dianggap tak bermakna. Bahkan yang parah, kadang dianggap sebagai beban dan tak berguna. Tapi bagiku, Ikamatra itu keluarga. Dengan segenap keberagaman orang-orangnya. Ikamatra itu sangat bermakna dengan segala kejadian-kejadian yang ada. Semoga kedepannya Ikamatra tetap ada. Karena kita butuh Ikamatra. Semoga 10 tahun ini menjadikan Ikamatra lebih baik dan baik lagi. Selamat milad keluargaku. (22 November 2008-22 November 2018)" Menurut pandangan Saya, sebagai salah satu alumni dan bagian dari keluarga di dalamnya, kata-kata itu sederhana tapi mampu menusuk dan mengingatkan Saya khususnya, untuk turut merenungkan dan memikirkan. Saya akan coba bedah kata demi kata. Kalimat demi kalimat. Hingga apasih maksud dan tujuan dari tulisan itu. Kadang IKAMATRA Hanya Org

Merawat Ingatan

Betapa bahagianya kita, ketika mengingat masa-masa kecil. Betapa menggemaskan kita, ketika membayangkan wajah kita waktu kecil dulu. Betapa cerianya kita, ketika waktu kecil yg dipikirkan hanyalah bermain. Lepas tanpa beban. Betapa harunya kita, ketika kita sadar orang-orang tersayang yg dahulu turut merawat dan mengasuh kita kini sudah mendahului kita. Di foto ini, Saya ingin cerita sedikit tentang segala hal yang membuat bibir Saya tersenyum, mata berkaca-kaca dan hati bersyukur kpd Allah. Yang paling kiri pakai kaos berkerah orange, dia adalah cucu kesayangan. Biasa dipanggil Oye (Bahasa Jawa: Tole). Sebenarnya nama lengkapnya @imamnasrudin_ Tapi karena waktu kecil dia cadel. Makanya dipanggil Oye. Si Oye ini waktu kecil terlihat lucu menggemaskan. Badannya gemuk berisi. Pipinya tembem karena rajin minum susu dan makan yang bergizi. Rambutnya hitam karena kalau mandi sering pakai shampo yang sachetan. Nah, kalau yang paling kanan, pakai kaos garis2 biru itu juga u

About Me

Aan Ridwan , lahir di Lampung, 15 Januari 1993. Menyelesaikan pendidikan Dasar di MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) Tegal Mukti, Way Kanan tahun 2005. Menamatkan pendidikan menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Tegal Mukti, Way Kanan pada tahun 2008. Lalu menamatkan pendidikan menengah atas di Madrasah yang sama,pada tahun 2011. Kemudian sekarang sedang menempuh program studi S1 di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bandung yakni di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dengan mengambil jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Aktif sebagai mahasiswa dan di Organisasi Daerah Mahasiswa (OMDA) asal Sumatera, yaitu Ikatan Mahasiswa Sumatera (IKAMATRA) KBM UIN SGD Bandung. Selain menjadi mahasiswa Ia juga belajar sambil berwirausaha. Sedang menggeluti bisnis online yakni memiliki onlinestore @ans_jersey dan bekerja sebagai drafter dan surveyor di CV.Tatabumi Indonesia (tatabumi.com) Kontak dan informasi lebih lanjut dapat melalui: Phone