Langsung ke konten utama

JEDA DIANTARA SENJA




Pada suatu sore, Saya pernah menjalani hidup seakan di luar kebiasaan. Saya putuskan untuk menunda perjalanan pulang dari tempat dimana Saya bekerja menuju Kosan.

Apalagi di Kota Bandung, sepanjang jalan A.H Nasution pulang di jam-jam pulang kerja, dimana banyak orang berjibaku menembus kemacetan adalah sesuatu yg menyebalkan.

Yupz! sama menyebalkannya dengan gebetan kamu pas udah mulai nyaman malah menghilang tanpa alasan. Aelah 😂

Balik lagi ke topik Bung! Hidup memanglah butuh JEDA. Seperti jeda untuk menghela nafas, jeda mengedipkan mata atau bahkan jeda untuk melupakan sejenak keributan dan hingar bingar dunia.

Setiap orang punya cara masing-masing menemukan jeda dalam hidupnya. Bukan untuk kabur hingga lupa bagaimana caranya bersyukur. Bukan untuk menghilang hingga lupa bagaimana pulang.

Tapi bagi Saya, jeda adalah tentang berpikir. Berpikir bahwa hidup nggak semuanya berjalan dgn baik. Ada satu kondisi kita butuh jeda untuk mengevaluasi diri.

Dan sore itu, Saya terniat hanya enggan menembus macetnya jalanan. Ya benar, Saya niat banget untuk jeda hanya sekedar menemukan senja.

Lokasinya bukan di laut, bukan juga di gunung. Tapi, spot yg paling adem bagi kawula muda Bandung. Caringin Tilu nama daerahnya, CARTIL nama populernya. Lokasi berbukit dengan pemandangan lautan gemintang bangunan dari ketinggian.

Ternyata dugaan Saya benar, tidak hanya gemerlap Bandung yg bisa kita lihat. Namun, ada segaris jingga di Cakrawala yg bisa kita tatap.

Menatapnya membuat saya menemukan makna. Makna bahwa hidup butuh jeda, agar kita bisa menentukan arah hidup hendak kemana. 🙏
-
AAN RIDWAN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1 Dekade IKAMATRA berdiri, Masih Ingatkah Dirimu?

Kemarin, ada notif yang menarik dan berbeda dari grup WhatsApp Alumni IKAMATRA (Ikatan Keluarga Mahasiswa Sumatera) begini isinya: "Kadang Ikamatra hanya organisasi daerah semata. Kadang dianggap tak bermakna. Bahkan yang parah, kadang dianggap sebagai beban dan tak berguna. Tapi bagiku, Ikamatra itu keluarga. Dengan segenap keberagaman orang-orangnya. Ikamatra itu sangat bermakna dengan segala kejadian-kejadian yang ada. Semoga kedepannya Ikamatra tetap ada. Karena kita butuh Ikamatra. Semoga 10 tahun ini menjadikan Ikamatra lebih baik dan baik lagi. Selamat milad keluargaku. (22 November 2008-22 November 2018)" Menurut pandangan Saya, sebagai salah satu alumni dan bagian dari keluarga di dalamnya, kata-kata itu sederhana tapi mampu menusuk dan mengingatkan Saya khususnya, untuk turut merenungkan dan memikirkan. Saya akan coba bedah kata demi kata. Kalimat demi kalimat. Hingga apasih maksud dan tujuan dari tulisan itu. Kadang IKAMATRA Hanya Org...

About Me

Aan Ridwan , lahir di Lampung, 15 Januari 1993. Menyelesaikan pendidikan Dasar di MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) Tegal Mukti, Way Kanan tahun 2005. Menamatkan pendidikan menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Tegal Mukti, Way Kanan pada tahun 2008. Lalu menamatkan pendidikan menengah atas di Madrasah yang sama,pada tahun 2011. Kemudian sekarang sedang menempuh program studi S1 di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bandung yakni di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dengan mengambil jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Aktif sebagai mahasiswa dan di Organisasi Daerah Mahasiswa (OMDA) asal Sumatera, yaitu Ikatan Mahasiswa Sumatera (IKAMATRA) KBM UIN SGD Bandung. Selain menjadi mahasiswa Ia juga belajar sambil berwirausaha. Sedang menggeluti bisnis online yakni memiliki onlinestore @ans_jersey dan bekerja sebagai drafter dan surveyor di CV.Tatabumi Indonesia (tatabumi.com) Kontak dan informasi lebih lanjut dapat melalui: Phone...

Selamat Merefleksikan Hari Pendidikan Nasional

Setiap tanggal 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. HARI ini NARASI tentang Hardiknas hampir seragam di lini masa "Dijadikan momentum untuk bersama menguatkan pendidikan dan memajukan kebudayaan Indonesia" Kemudian saya ingin bertanya "Menguatkan pendidikan dari segi apa? Dari segi nalar berpikir kah? Aspek moral kah atau pola laku kah yg mencerminkan kaum terdidik? Barangkali hanya jadi wacana "Setiap orang menjadi guru dan setiap rumah menjadi sekolah" Kalau setiap hari kita kerjanya terus 'berkelahi', saling tuduh dan saling hina sesama, hanya karena beda pandangan. Hakikat pendidikan tentang memanusiakan manusia menjadi kata-kata usang bagi kaum millenial dalam hidup bermedia sosial. Kalau kerjanya hanya saling hujat dan menyuburkan ujaran kebencian. Mungkin, hidup guyub menjadi sesuatu yang mahal hari ini di tengah kondisi negeri yang kian memanas. Satu harapan besar saya di hari yang bersejarah ini: "Si...